...........

Friday, December 24, 2010

.:: Permainan ::.

Seorang guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu
kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap
murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan
kanannya ada pemadam

Si guru berkata, "Saya punya permainan... Caranya
begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan
ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka
berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini,
maka berserulah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Si guru
berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri
tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat
kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang
perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah
"Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah
"Kapur!".

Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid
tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk
mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan
tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan
berhenti. Si guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang
haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas
membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita
memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk
menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan
sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal
tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan
cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun
kalian terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat
mengikutinya.

Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan
menukar nilai dan etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu
yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian
seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah
menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini
menjadi suatu gaya hidup dan lain lain."

"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda
sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru
kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.
"Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah
karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil
Qur'an yang ada di tengah tanpa memijak karpet?"

Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif
dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Si Guru
memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia
ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak
karpet.

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan
musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan
memijak-mijak anda dengan terang-terang...Kerana tentu
anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak
akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi
mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari
pinggir, sehingga anda tidak sadar."

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka
dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin
kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.

Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah
kalau tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding
akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari
dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia
tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan
perlahan-lahan meletihkan anda.

Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan
lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda
telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara
yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang
pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh
musuh kita...

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang
memijak-mijak cikgu?" tanya mereka. "Sesungguhnya
dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang
Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang
tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan,
mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau
diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit
serentak, baru mereka akan sadar."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali
ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar
meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya.

No comments: